Hampir 60% Jalan di Cianjur Rusak
RUAS jalan di berbagai daerah kini mulai rusak akibat banjir dan longsor. Seperti di Cianjur, Jawa Barat, jalan rusak mencapai 60%. Umumnya jalan berlubang dan ambles setelah terendam banjir dan tanah longsor.
Kepala Dinas Bina Marga Kabupaten Cianjur Athe Adha Kusdinan menjelaskan alokasi anggaran infrastruktur jalan pada tahun ini hanya Rp50 miliar. Padahal, hampir separuh atau 840,45 kilometer dari total jalan kabupaten sepanjang 1.290,35 kilometer dalam kondisi rusak.
“Idealnya memang dibutuhkan dana sekitar Rp200 miliar agar semua jalan di Kabupaten Cianjur berstatus bagus. Nantinya akan diprioritaskan pembangunan jalan dan jembatan,“ kata Athe, kemarin. Jalan rusak juga terjadi di Trans-Kalimantan poros selatan, tepatnya Km 75 Pangkalan Bun, Kota Waringin Barat, Kalimantan Tengah.
Jalan strategis dan vital itu kini masih terputus akibat terendam banjir. Jalan tersebut merupakan jalur utama yang menghubungkan Kota Palangkaraya dengan sejumlah kabupaten di Kalimantan Tengah, seperti Kotawaringin Barat, Lamandau, dan Sukamara.
Gubernur Kalteng Agustin Teras Narang yang menjadi juru kampanye PDIP pun batal berkampanye ke Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan. Ia memilih meninjau jalur yang terputus itu. “Saya atas seizin DPP PDIP membatalkan kampanye di Banjarmasin karena harus ke Pangkalan Bun untuk mencari solusi mengatasi jalan negara yang putus total,“ ujar Teras Narang.
Teras menyebutkan jalur tersebut sangat strategis dan vital sehingga Pemprov Kalteng perlu membuat langkah darurat agar warga tidak terganggu saat beraktivitas.
Pada kesempatan lain, Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten Kotawaringin Barat, Kamaludin, menjelaskan saat ini pengguna jalan harus melewati jalan perkebunan dan antre sekitar 1 jam. “Hal ini karena pihak perkebunan melakukan sistem buka tutup jalan sehingga terjadi antrean selama 1 jam,“ ungkapnya.
Hal sama juga terjadi di jalur trans-Nagawutun, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur. Akibat hujan deras selama dua hari, jalan berbiaya Rp14 miliar itu kini hancur.
Warga dari delapan desa yang dihubungkan jalan itu harus menerjang lumpur apabila menuju Kota Lewoleba, ibu kota Lembata, ataupun ke kota kecamatan Wulandoni. (SS/ BK/PT/N-3/MEDIA INDONESIA,20/03/2014,HAL 10)
Kepala Dinas Bina Marga Kabupaten Cianjur Athe Adha Kusdinan menjelaskan alokasi anggaran infrastruktur jalan pada tahun ini hanya Rp50 miliar. Padahal, hampir separuh atau 840,45 kilometer dari total jalan kabupaten sepanjang 1.290,35 kilometer dalam kondisi rusak.
“Idealnya memang dibutuhkan dana sekitar Rp200 miliar agar semua jalan di Kabupaten Cianjur berstatus bagus. Nantinya akan diprioritaskan pembangunan jalan dan jembatan,“ kata Athe, kemarin. Jalan rusak juga terjadi di Trans-Kalimantan poros selatan, tepatnya Km 75 Pangkalan Bun, Kota Waringin Barat, Kalimantan Tengah.
Jalan strategis dan vital itu kini masih terputus akibat terendam banjir. Jalan tersebut merupakan jalur utama yang menghubungkan Kota Palangkaraya dengan sejumlah kabupaten di Kalimantan Tengah, seperti Kotawaringin Barat, Lamandau, dan Sukamara.
Gubernur Kalteng Agustin Teras Narang yang menjadi juru kampanye PDIP pun batal berkampanye ke Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan. Ia memilih meninjau jalur yang terputus itu. “Saya atas seizin DPP PDIP membatalkan kampanye di Banjarmasin karena harus ke Pangkalan Bun untuk mencari solusi mengatasi jalan negara yang putus total,“ ujar Teras Narang.
Teras menyebutkan jalur tersebut sangat strategis dan vital sehingga Pemprov Kalteng perlu membuat langkah darurat agar warga tidak terganggu saat beraktivitas.
Pada kesempatan lain, Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten Kotawaringin Barat, Kamaludin, menjelaskan saat ini pengguna jalan harus melewati jalan perkebunan dan antre sekitar 1 jam. “Hal ini karena pihak perkebunan melakukan sistem buka tutup jalan sehingga terjadi antrean selama 1 jam,“ ungkapnya.
Hal sama juga terjadi di jalur trans-Nagawutun, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur. Akibat hujan deras selama dua hari, jalan berbiaya Rp14 miliar itu kini hancur.
Warga dari delapan desa yang dihubungkan jalan itu harus menerjang lumpur apabila menuju Kota Lewoleba, ibu kota Lembata, ataupun ke kota kecamatan Wulandoni. (SS/ BK/PT/N-3/MEDIA INDONESIA,20/03/2014,HAL 10)
0 komentar:
Posting Komentar