Menyusuri Jejak Sejarah di Candi Cangkuang

CAGAR budaya Cangkuang yang berlokasi di Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat, berada di sebuah daratan di tengah danau kecil (dalam bahasa Sunda disebut situ), sehingga untuk mencapai tempat tersebut orang harus menggunakan rakit. Di kawasan ini ada sebuah candi yang bisa ditemui di Kampung Pulo, Desa Cangkuang , Kecamatan Leles.

Desa Cangkuang dikelilingi oleh empat gunung besar di Jawa Barat yaitu, Gunung Haruman, Gunung Kaledong, Gunung Mandalawangi dan Gunung Guntur.

‘Cangkuang’ berasal dari nama tanaman sejenis pandan (Pandanus furcatus), yang banyak terdapat di sekitar makam Embah Dalem Arief Muhammad, leluhur Kampung Pulo. Daun cangkuang umumnya dimanfaatkan untuk membuat tudung, tikar atau pembungkus gula aren.

Ketika ditemukan, candi itu berupa sisa reruntuhan yang diketahui merupakan bangunan peninggalan masa Hindu-Budha yang diperkirakan berasal dari abad VII-VIII M. Dugaan dari pakar tersebut didasarkan pada bentuk bangunan candi yang masih polos pada dindingnya (tidak terdapat gambar relief), yang memiliki kemiripan dengan bangunan candi di Gedong Songo dan di dataran tinggi Dieng di Jawa Tengah.

Selain itu, juga ditemukan arca Siwa di reruntuhan candi Cangkuang.

Selain candi, di pulau itu juga terdapat pemukiman adat Kampung Pulo, yang juga menjadi bagian dari kawasan cagar budaya. Kampung Pulo merupakan sebuah kampung kecil, terdiri dari enam buah rumah dan enam kepala keluarga. Sudah menjadi ketentuan adat bahwa jumlah rumah dan kepala keluarga itu harus enam orang dengan susunan tiga rumah disebelah kiri dan tiga rumah disebelah kanan yang saling berhadapan ditambah satu masjid sebagai tempat ibadah. Oleh sebab itu, kedua deretan rumah tersebut tidak boleh ditambah ataupun dikurangi.

Jika seorang anak sudah dewasa kemudian menikah, paling lambat dua minggu setelah pernikahan harus meninggalkan rumah tempat asalnya, ke luar dari lingkungan keenam rumah adat tersebut. Dia bisa kembali bila salah satu ke luarga meninggal dunia. Itupun de ngan syarat harus anak wanita dan ditentukan atas pemilihan keluarga setempat.

Lokasi cagar budaya Cangkuang berjarak sekitar 46 km dari Bandung. Akses menuju Candi Cangkuang dapat dengan mudah dijangkau melalui jalan aspal dengan moda transportasi baik roda empat maupun roda dua. Selain itu juga terdapat moda transportasi berupa andong atau delman yang setiap waktu menunggu di dekat alun-alun Kota Leles.

Dikutip dari Antara, Pemerintah Garut berencana menjadikan kawasan ini sebagai wisata budaya. Pembicaraan awal telah dilakukan dengan para ketua adat dan ditargetkan terlaksana di 2016. (Berbagai sumber/S-4) Media Indonesia, 2 Februari 2016, Halaman 15

1 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus